Kesenjangan Pemahaman: penyebab bos males terjun ke dunia keamanan siber

Bahasa Teknis yang Rumit: Keamanan siber penuh dengan terminologi teknis yang bisa membingungkan bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang di bidang IT. Oleh karena itu, ketika ahli keamanan mencoba menjelaskan risiko, seringkali pesannya hilang dalam terjemahan.

Kesenjangan Pemahaman: penyebab bos males terjun ke dunia keamanan siber
ilustrasi: Kesenjangan Pemahaman: penyebab bos males terjun ke dunia keamanan siber

Keamanan siber merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh organisasi, baik besar maupun kecil. Namun, tidak banyak pemangku kepentingan, pejabat, atau pengambil keputusan yang memahami risiko atas suatu keamanan informasi. Ketidakpahaman ini dapat berakibat fatal bagi organisasinya atau justru menimbulkan sikap paranoid.

Keamanan siber telah menjadi salah satu aspek krusial yang menentukan kesuksesan dan kelangsungan sebuah organisasi. Namun, ironisnya, masih banyak pemangku kepentingan, pejabat, dan pengambil keputusan yang belum sepenuhnya memahami risiko dan implikasi dari aspek keamanan siber. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Alasan Utama Kesenjangan Pemahaman

  1. Bahasa Teknis yang Rumit: Keamanan siber penuh dengan terminologi teknis yang bisa membingungkan bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang di bidang IT. Oleh karena itu, ketika ahli keamanan mencoba menjelaskan risiko, seringkali pesannya hilang dalam terjemahan.

  2. Prioritas Bisnis yang Berbeda: Banyak pemangku kepentingan memiliki prioritas utama lainnya, seperti pertumbuhan bisnis, penjualan, atau inovasi produk. Mereka mungkin melihat keamanan siber sebagai beban tambahan dan bukan sebagai investasi yang penting.

  3. Kurangnya Edukasi dan pemahaman: Tidak semua organisasi menyediakan pelatihan keamanan siber yang memadai bagi para pengambil keputusan. Tanpa edukasi yang tepat, sulit bagi mereka untuk memahami ancaman dan solusi keamanan siber dengan benar. Beberapa pemangku kepentingan mungkin tidak menyadari pentingnya keamanan siber. Mereka mungkin menganggapnya sebagai tanggung jawab departemen TI atau pihak lain.

  4. Persepsi Risiko yang Salah: Beberapa pemangku kepentingan mungkin berpikir bahwa organisasi mereka "terlalu kecil" untuk menjadi sasaran serangan, atau bahwa solusi keamanan yang ada sudah cukup. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa ancaman keamanan siber terus berkembang dan beradaptasi.

  5. Kompleksitas keamanan siber: Keamanan siber adalah bidang yang kompleks dan terus berkembang. Ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan, mulai dari teknologi, proses, hingga kebijakan. Hal ini dapat membuat pemangku kepentingan merasa kewalahan dan sulit memahaminya secara keseluruhan.

Dampak dari Kesenjangan Pemahaman Ketidakpahaman ini bukan hanya menimbulkan risiko keamanan, tetapi juga bisa mengakibatkan sikap paranoid, di mana organisasi berlebihan dalam mengalokasikan sumber daya untuk keamanan tanpa analisis risiko yang tepat. Diantaranya:

  • Peningkatan risiko serangan siber: Saat pemangku kepentingan tidak memahami risiko keamanan siber, mereka mungkin tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi organisasi dari serangan. Hal ini dapat meningkatkan risiko serangan siber, yang dapat menyebabkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, atau bahkan kehilangan data penting.
  • Peningkatan biaya keamanan siber: Organisasi yang tidak memahami keamanan siber mungkin mengambil pendekatan keamanan yang berlebihan atau tidak efektif. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan biaya keamanan siber tanpa memberikan manfaat yang nyata.
  • Peningkatan ketidakpuasan karyawan: Karyawan yang merasa tidak aman di tempat kerja mungkin akan kurang produktif dan bahkan mengundurkan diri. Hal ini dapat berdampak negatif pada kinerja organisasi.

Solusi: Mengkomunikasikan Keamanan Siber dalam Bahasa Bisnis Untuk menjembatani kesenjangan pemahaman ini, ahli keamanan perlu mengkomunikasikan risiko dan solusi dalam bahasa bisnis. Beberapa cara yang bisa dilakukan:

  • Mengaitkan risiko keamanan siber dengan dampak bisnis, seperti kerugian finansial, reputasi, atau kepatuhan regulasi.
  • Membuat simulasi atau latihan yang menggambarkan dampak nyata dari insiden keamanan.
  • Kolaborasi antara tim keamanan dengan departemen lain untuk mengembangkan strategi keamanan yang sejalan dengan tujuan bisnis.

Kesimpulan Meskipun tantangannya besar, menjembatani kesenjangan pemahaman tentang keamanan siber antara ahli teknis dan pengambil keputusan adalah kunci untuk membangun pertahanan siber yang kuat dan resilien. Dengan komunikasi yang lebih efektif, organisasi dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang bagaimana melindungi aset mereka di dunia digital yang penuh dengan ancaman.

Keamanan siber adalah tanggung jawab bersama semua pemangku kepentingan dalam organisasi. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan pemahaman keamanan siber oleh pemangku kepentingan agar organisasi dapat terlindungi dari serangan siber.